Penulis : Paulo Coelho
Penerjemah : Lina Yusuf
Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tebal : 235 halaman
Mungkin tidak sedikit orang yang pernah berpikiran untuk bunuh diri. Kebanyakan karena alasan keputusasaan, terlalu lelah menghadapi sulitnya hidup, kemiskinan, kebodohan, dan alasan-alasan menyedihkan lainnya. Tak akan banyak yang memiliki keinginan bunuh diri karena alasan kebosanan akan hidup, kurangnya gairah dalam menjalani nikmat dan datarnya hidup yang sedang dirasakan. Begitulah Veronika. Seorang gadis cantik dari Slovenia.
Veronika memiliki segalanya. Ia cerdas, memiliki keluarga yang menyayanginya, banyak lelaki yang mengagumi, pekerjaan yang sesuai dengan pilihannya, serta hidup yang nyaman. Namun sejak lama Veronika sangat ingin untuk mengakhiri hidup. Dan malam itu, Veronika telah membulatkan tekat untuk bunuh diri dengan cara menelan butiran pil tidur.
Sayangnya kenyataan tak semulus apa yang Veronika bayangkan. Ia belum mati dan justru terbangun di sebuah rumah sakit jiwa, Villete. Dokter pun menyampaikan bahwa Veronika belum akan mati, saat itu. Namun menelan terlalu banyak butiran pil tidur tentunya akan membawa dampak buruk. Veronika lalu didiagnosa menderita komplikasi parah akibat keracunan pil-pil tidur tersebut, yang menyebabkan tubuhnya tidak akan mampu menopang kehidupan terlalu lama. Veronika akan mati dalam waktu satu minggu.
Mendengar berita ini Veronika ternyata terkejut, karena kematiannya yang tertunda serta gairah hidup yang seketika muncul saat mengetahui bahwa kematian bukan dalam kendalinya seperti saat ia memutuskan untuk bunuh diri, namun gairah hidup itu muncul justru disaat kehidupan yang mengambil alih waktu perhentian terakhir Veronika.
Waktu hidup Veronika yang tidak lama lagi ini juga ternyata membawa perubahan tidak hanya pada pola pikir dan cara hidup Veronika, namun juga pada beberapa pasien yang telah lama tinggal di Villete.
Menjalani sisa tujuh hari menjelang kematian di dalam sebuah rumah sakit jiwa membuat Veronika menyadari bahwa ia bisa bertingkah laku seenaknya, sebebas-bebasnya. Karena ia dianggap gila, ia berada di lingkungan orang-orang yang juga gila, serta sebentar lagi ia mati. Tidak ada lagi batas aturan norma dan nilai yang menjadi penghalang bagi Veronika untuk bertingkah laku.
Dalam kebebasannya ini, Veronika menemukan banyak hal, tidak hanya mengenai dirinya - namun juga mengenai kehidupan secara menyeluruh. Disini Veronika menemukan teman, dan menemukan kekasih jiwanya.
Lewat novel ini Coelho mengajukan pertanyaan yang tajam:
Kisah ini ditulis oleh Paulo Coelho berdasarkan pengalaman-pengalamannya selama menjadi pasien di rumah sakit jiwa. Di masa remajanya Coelho sempat dimasukkan secara paksa oleh orang tuanya ke rumah sakit jiwa, karena kebebasan jiwa Coelho yang ingin berkarya di bidang artistik dan literatur, yang dianggap menyimpang oleh kedua orang tua Coelho.
Keseluruhan isi cerita dalam novel Veronika Memutuskan Mati ini diramu dengan begitu indah. Awalnya cukup membosankan, terlalu banyak dialog antar tokoh di dalamnya. Namun penuh misteri, pun alurnya tidak mudah ditebak. Kisah ini lalu berhasil ditutup dengan ending yang manis.
Veronika Memutuskan Mati merupakan karya Coelho yang sudah beberapa kali diadaptasi menjadi film oleh studio Das Films, Muse Productions, dan Velvet Streamroller Entertainment. Serta dalam sebuah film Jepang berjudul Beronika Wa Shinu Koto Ni Shita.
“Kegilaan adalah ketidakmampuan mengomunikasikan apa yang ada dalam pikiran. Seperti ketika berada di negeri asing, kamu bisa melihat dan memahami apa saja yang terjadi di sekitarmu, tetapi kamu tidak bisa menjelaskan apa yang kamu ketahui atau bantuan apa yang kamu perlukan, karena kamu tidak mengerti bahasa setempat.”
“Kita semua pernah mengalaminya.”
“Kita semua, apa pun bentuknya, adalah gila.”
(Percakapan Veronika dan Zedka, Hal 71)
Mungkin tidak sedikit orang yang pernah berpikiran untuk bunuh diri. Kebanyakan karena alasan keputusasaan, terlalu lelah menghadapi sulitnya hidup, kemiskinan, kebodohan, dan alasan-alasan menyedihkan lainnya. Tak akan banyak yang memiliki keinginan bunuh diri karena alasan kebosanan akan hidup, kurangnya gairah dalam menjalani nikmat dan datarnya hidup yang sedang dirasakan. Begitulah Veronika. Seorang gadis cantik dari Slovenia.
Veronika memiliki segalanya. Ia cerdas, memiliki keluarga yang menyayanginya, banyak lelaki yang mengagumi, pekerjaan yang sesuai dengan pilihannya, serta hidup yang nyaman. Namun sejak lama Veronika sangat ingin untuk mengakhiri hidup. Dan malam itu, Veronika telah membulatkan tekat untuk bunuh diri dengan cara menelan butiran pil tidur.
Sayangnya kenyataan tak semulus apa yang Veronika bayangkan. Ia belum mati dan justru terbangun di sebuah rumah sakit jiwa, Villete. Dokter pun menyampaikan bahwa Veronika belum akan mati, saat itu. Namun menelan terlalu banyak butiran pil tidur tentunya akan membawa dampak buruk. Veronika lalu didiagnosa menderita komplikasi parah akibat keracunan pil-pil tidur tersebut, yang menyebabkan tubuhnya tidak akan mampu menopang kehidupan terlalu lama. Veronika akan mati dalam waktu satu minggu.
Mendengar berita ini Veronika ternyata terkejut, karena kematiannya yang tertunda serta gairah hidup yang seketika muncul saat mengetahui bahwa kematian bukan dalam kendalinya seperti saat ia memutuskan untuk bunuh diri, namun gairah hidup itu muncul justru disaat kehidupan yang mengambil alih waktu perhentian terakhir Veronika.
Waktu hidup Veronika yang tidak lama lagi ini juga ternyata membawa perubahan tidak hanya pada pola pikir dan cara hidup Veronika, namun juga pada beberapa pasien yang telah lama tinggal di Villete.
Menjalani sisa tujuh hari menjelang kematian di dalam sebuah rumah sakit jiwa membuat Veronika menyadari bahwa ia bisa bertingkah laku seenaknya, sebebas-bebasnya. Karena ia dianggap gila, ia berada di lingkungan orang-orang yang juga gila, serta sebentar lagi ia mati. Tidak ada lagi batas aturan norma dan nilai yang menjadi penghalang bagi Veronika untuk bertingkah laku.
Dalam kebebasannya ini, Veronika menemukan banyak hal, tidak hanya mengenai dirinya - namun juga mengenai kehidupan secara menyeluruh. Disini Veronika menemukan teman, dan menemukan kekasih jiwanya.
Lewat novel ini Coelho mengajukan pertanyaan yang tajam:
"Apakah sesuatu dianggap normal melulu karena diikuti oleh mayoritas?"Ditulis dengan bahasa sederhana, disertai uraian dari sudut pandang psikiater dan spiritual, novel ini merenungkan kembali semua hal yang selama ini disebut normal ataupun gila dalam masyarakat.
Kisah ini ditulis oleh Paulo Coelho berdasarkan pengalaman-pengalamannya selama menjadi pasien di rumah sakit jiwa. Di masa remajanya Coelho sempat dimasukkan secara paksa oleh orang tuanya ke rumah sakit jiwa, karena kebebasan jiwa Coelho yang ingin berkarya di bidang artistik dan literatur, yang dianggap menyimpang oleh kedua orang tua Coelho.
Keseluruhan isi cerita dalam novel Veronika Memutuskan Mati ini diramu dengan begitu indah. Awalnya cukup membosankan, terlalu banyak dialog antar tokoh di dalamnya. Namun penuh misteri, pun alurnya tidak mudah ditebak. Kisah ini lalu berhasil ditutup dengan ending yang manis.
Veronika Memutuskan Mati merupakan karya Coelho yang sudah beberapa kali diadaptasi menjadi film oleh studio Das Films, Muse Productions, dan Velvet Streamroller Entertainment. Serta dalam sebuah film Jepang berjudul Beronika Wa Shinu Koto Ni Shita.
Comments
Post a Comment