Skip to main content

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Dago Pakar Bandung


Selamat sore semuanya. Di waktu senggang liburan ini saya ingin menceritakan salah satu perjalanan kecil saya yang lain. Kali ini adalah jalan-jalan kecil saya dan seorang teman ke Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda Dago Pakar Bandung.
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda ini merupakan kawasan konservasi yang terpadu antara alam sekunder dengan hutan tanaman yang terletak di Kota Bandung, Indonesia. Luasnya mencapai 590 hektare membentang dari kawasan Dago Pakar sampai Maribaya.
Letak Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda berada di Kampung Pakar, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, pada ketinggian antara 770 mdpl sampai 1330 mdpl. Di atas tanahnya yang subur terdapat sekitar 2500 jenis tanaman yang terdiri dari 40 familia dan 112 species. Pada tahun 1965 luas taman hutan raya baru sekitar 10 ha saja, namun saat ini sudah mencapai 590 ha membentang dari kawasan Pakar sampai Maribaya (sumber wikipedia.com).
Perjalanan kami kesini diawali dengan rasa penasaran setelah membaca hasil searching online mengenai informasi terkait Tahura ini. Awalnya kami berdua berniat untuk jalan-jalan ke Tebing Keraton, namun karena hanya berdua dan belum tau daerahnya saat itu akhirnya kami memutuskan ke Tahura saja. Padahal ternyata Tebing Keraton tidak begitu jauh dari sana hehe.
Ceritanya hari itu kami berdua bolos dari satu hari kegiatan matrikulasi kampus yang sudah kami jalani selama satu bulan. Saking jenuhnya akhirnya kami yang berasal dari Jatinangor, kabur ke Bandung untuk berjalan-jalan ke Tahura ini. Dari Jatinangor kami naik mobil travel menuju Dipati Ukur. Lalu dari sana kami naik angkot sesuai petunjuk arahan yang kami baca melalui hasil searching. Dari Dipati Ukur kami dua kali naik angkot hingga hampir tiba di Tahura. Setelahnya kami memutuskan naik ojek menuju gerbang Tahura, walaupun kemudian kami baru tahu bahwa ternyata dari tempat turun angkot kita bisa berjalan kaki menuju gerbangnya, dan jaraknya tidak begitu jauh.

Terdapat beberapa gerbang masuk menuju Tahura, salah satunya adalah melalui Ir. H. Djuanda

Begitu turun dari angkot, suasana di Tahura sangat sepi dan saya sempat ingin memutuskan tidak jadi masuk karena takut hehe. Tapi setelah bertanya dengan petugas karcis wanita saat kami hendak membayar tiket masuk, beliau bilang aman saja di dalam dan memang Tahura biasanya hanya ramai saat weekends atau libur nasional, sedangkan saat itu kami hadir di hari kerja jadi wajar kalau sepi.
Harga yang perlu kami bayar untuk masuk ke Tahura adalah Rp. 11.000,- untuk satu orang. Setelah membayar tiket, kami berjalan masuk. Setelah melewati pelataran parkir yang cukup luas, kami mulai melihat penunjuk-penunjuk jalan menuju berbagai lokasi istimewa yang ada di dalam Tahura ini, diantaranya adalah:
- Monumen Ir. H. Djuanda
- Gua Jepang
- Gua Belanda
- Air terjun Curug Omas
- Air terjun Curug Lalay
- Air terjun Curug Dago
- dll


Jadi, selain bisa berjalan santai menikmati udara segar dan pemandangan indah pepohonan tinggi, di Tahura kita juga bisa mengunjungi beberapa lokasi istimewa seperti yang saya sebutkan diatas. Dari gerbang masuk tempat kami membayar tiket, lokasi yang paling dekat untuk dikunjungi adalah Gua Belanda. Gua ini berada di sisi kanan jalan dan bisa langsung terlihat tidak jauh setelah memasuki gerbang. Tidak jauh dari Gua Belanda ini terdapat sebuah warung makan yang menyediakan jajanan kecil, air minum, jagung bakar, serta terdapat toilet yang cukup bersih dan nyaman. Di warung jajan ini juga menawarkan jasa peminjaman motor, karena lokasi Tahura yang sangat luas kurang lebih 5 KM jika ingin berjalan sampai ke Maribaya. Di sepanjang perjalanan juga kita akan menemukan banyak tukang ojeg yang menawarkan jasanya untuk mengantarkan kita ke masing-masing lokasi di dalam Tahura, mengingat jarak masing-masing lokasi itu cukup melelahkan jika ditempuh dengan berjalan kaki.

Goa Belanda

Namun hari itu, kami berdua memutuskan untuk mencoba mencapai Maribaya dengan berjalan kaki dan menolak godaan naik ojeg atau menyewa motor. Di sepanjang perjalanan, terdapat banyak pemandangan indah seperti pepohonan tinggi di sekitar jalan setapak yang akan kita lalui. Sebenarnya pengalaman di Tahura ini bisa menjadi semakin menyenangkan dan lebih menyegarkan jika saja kebersihan Tahura lebih dijaga, serta beberapa infrastruktur lebih terawat. 


Sebentuk pemandangan indah dan menyegarkan selama menyusuri Tahura

Jalan santai di Tahura sambil menikmati jagung bakar

Setelah perjalanan yang panjang dan cukup melelahkan tersebut, akhirnya kami tiba di curug terbesar di kawasan Tahura, yaitu Curug Omas. Pemandangan di Curug Omas ini cukup indah dan mampu menghapuskan kelelahan serta sedikit kekecewaan kami selama berjalan menyusuri Tahura yang ternyata tidak terlalu terawat hehe sedih. Di Curug Omas ini kita bisa melihat beberapa pepohonan tinggi dan pohon bunga yang lebih tertata dan terawar, terdapat bentangan rumput hijau yang cukup luas pula untuk sekedar duduk-duduk atau bergulingan disana hehe. Di Curug Omas juga terdapat Musholla serta toilet yang bersih, lengkap dengan kucuran air deras dingin yang bisa menyegarkan untuk dipakai mencuci muka.

Perjalanan masuk menuju Curug Omas
Pemandangan di Curug Omas
Karpet rumput di Curug Omas

Memandang langit sambil berbaring di rerumputan Curug Omas


Setelah menghabiskan banyak waktu beristirahat dan bersenda gurau di Curug Omas, kami melanjutkan perjalanan ke arah Maribaya. Dari Curug Omas ini perjalanan sudah tidak terlalu jauh lagi. Melewati jalan setapak dan pemandangan indah di sisi kanan jalan membuat waktu tak terasa mengantarkan kami ke Gerbang Maribaya.

Mari pulang marilah pulang
Gerbang masuk Tahura melalui Maribaya, kali ini menjadi gerbang keluar kami setelah selesai berpetualang menyusuri Tahura

Setelah keluar dari sana kami sudah resmi berada di Lembang, lalu kami pulang dan menyudahi perjalanan sehat menyusuri Tahura. Perjalanan kali itu cukup menyenangkan dan menyegarkan. Semoga kedepannya infrastruktur di Tahura segera diperbaiki dan semakin terawat ya, agar Taman Hutan Raya yang menjadi salah satu wisata kebanggan Kota Bandung bisa menjadi tempat berkunjung yang lebih nyaman, bersih, sehat, dan indah aamiin.

Comments

Popular posts from this blog

Tahun Pertama Mahasiswa Magister Profesi Psikologi UNPAD (Semester I) - Bagian II

Hallo teman-teman. Sesuai janji, ini adalah posting lanjutan dari bagian pertama yang membahas mengenai jalur pendaftaran magister profesi UNPAD. Pada bagian kedua ini, saya akan membahas mengenai gambaran awal hal yang perlu kalian lakukan setelah lulus seleksi, dan cerita singkat mengenai pengalaman menjadi mahasiswa Magister Profesi (Mapro) Psikologi UNPAD di semester pertama. Semoga bermanfaat ya, selamat membaca. Oke, jadi setelah lulus dari seleksi pendaftaran ujian masuk Mapro Psikologi UNPAD, maka terdapat beberapa hal yang harus kalian lakukan. Diantaranya, pertama tentu saja adalah membayar uang pendaftaran berupa uang bangunan + uang matrikulasi + SPP awal. Jumlah pembayaran biasanya mengalami perubahan dalam beberapa tahun. Di tahun 2015, jumlah pembayaran adalah Rp. 3.500.000,- untuk uang bangunan, Rp. 6.000.000,- untuk uang matrikulasi, dan Rp. 12.500.000,- untuk SPP awal. Total yang harus dibayarkan pada pembayaran awal ini adalah Rp. 22.000.000,-. Namun untuk pemba

Jalur Pendaftaran Magister Profesi Psikologi UNPAD (Bagian I)

Setelah cukup lama tidak menulis blog, saya merasa tiba-tiba perlu untuk posting tentang hal ini di blog saya. Kali ini bukan tentang resensi buku atau mengenai tempat wisata, namun informasi mengenai jalur masuk pendidikan magister psikologi di UNPAD (Bagian I) dan pengalaman saya selama menjadi mahasiswa magister profesi psikologi di UNPAD dalam 1.5 tahun terakhir ini (Bagian II). Semoga informasi yang saya tulis di bawah ini akan bermanfaat untuk teman-teman dan adik-adik yang berminat melanjutkan pendidikan magister psikologi di Universitas Padjadjaran. Oke.. Dari mana cerita ini sebaiknya saya mulai. Mungkin dari proses pendaftarannya ya. Hmm.. Magister Psikologi Universitas Padjadjaran membuka pendaftaran satu tahun sekali untuk tiap angkatannya, baik itu untuk bagian Psikologi Profesi maupun untuk bagian Psikologi Sains. Pendaftaran ini umumnya dibuka pada awal tahun, untuk informasi lengkap mengenai jadwal pendaftaran bisa secara berkala di akses melalui situs htt

Dilan, dia adalah Dilanku Tahun 1991

Dilan Bagian Kedua Penulis: Pidi Baiq Penerbit: Pastel Books Tebal: 344 halaman [Spoiler Alert] Perasaan saya menjadi campur aduk sesaat setelah membaca novel Dilan 2. Sudah satu minggu lalu sebenarnya, sejak saya selesai membaca novel ini, menamatkan Dilan bagian kedua, dia adalah Dilanku tahun 1991.  Jika Dilan bagian pertama bisa menggambarkan jatuh hati yang begitu jelasnya, pada bagian kedua ini Dilan seperti bukan hanya mematahkan hati Milea, namun juga hati saya, namun juga hati para pembaca. Jika Dilan bagian pertama bisa menceritakan proses pendekatan yang begitu manis dan membuat banyak wanita iri pada Milea, pada bagian kedua ini Pidi Baiq berhasil menyajikan proses perpisahan hubungan remaja yang begitu alami, begitu mungkin dan banyak terjadi sehingga membuat patahan hati cinta pertama yang bertebaran dalam kumpulan catatan harian para remaja. Pidi Baiq berhasil mengisahkan bahwa Dilan merupakan remaja biasa, tidak berbeda dengan remaja lain pada umu

Terapi Bekam di Palembang

Belum lama ini saya mencoba terapi bekam. Apakah kalian tahu terapi bekam? Okay, berikut definisi singkat mengenai bekam yang saya dapat dari Wikipedia: Bekam  ( Arab : الحجامة;  al-hijamah ) adalah metode pengobatan dengan cara mengeluarkan  darah  statis (kental) yang mengandung  toksin  dari dalam tubuh  manusia . Berbekam dengan cara melakukan pemvakuman di  kulit  dan pengeluaran darah darinya. Pengertian ini mencakup dua mekanisme pokok dari bekam, yaitu proses pemvakuman kulit kemudian dilanjutkan dengan pengeluaran darah dari kulit yang telah divakum sebelumnya. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Bekam) Ini merupakan pengalaman pertama saya mencoba terapi bekam. Tujuannya ya hanya ingin mencoba. Sekalian melihat khasiatnya berhubung saya memang sedang butuh memaksimalkan kondisi tubuh saya yang beberapa minggu ini terasa kurang fit. Saya juga berpikir tidak ada ruginya mencoba, toh terapi bekam itu membersihkan darah kotor, dan merupakan salah satu terapi kesehatan yang di

Grafika Cikole Lembang Bandung

Hallo semuanya. Kali ini saya sedang ingin sharing tentang liburan singkat saya dan teman-teman beberapa minggu lalu. Ceritanya kami semua sebagai mahasiswa baru mendapat liburan singkat setelah beberapa bulan bertempur dengan segala macam ujian praktek, lisan, dan tertulis. Awalnya kami berencana untuk menghabiskan waktu liburan kami di Bali, namun karena satu dan lain hal rencana ini terpaksa ditunda dulu untuk menjadi agenda di lain waktu. Akhirnya kami memutuskan untuk tetap berlibur bersama tapi di daerah Bandung saja. Kebetulan saya sudah cukup lama ingin mencoba berkemah di dalam kota, karena sebelumnya sempat melihat postingan seorang teman yang menghabiskan waktunya dengan berkemah di Bandung dan sepertinya seru. Akhirnya ide ini saya sampaikan kepada teman-teman saya dan mereka setuju. Lalu dimulailah pengumpulan informasi terkait perkembahan di Bandung ini. Terdapat beberapa rekomendasi mengenai tempat kemah yang seru dan aman di Bandung. Tapi akhirnya pilihan kami j

Dilan, dia adalah Dilanku Tahun 1990

Pengarang: Pidi Baiq Penerbit: Pastel Books  Tebal: 348 halaman "Katakan sekarang. Kalau kue kau anggap apa dirimu? Roti cokelat? Roti keju? Martabak? Kroket? Bakwan? Ayolah! Aku ingin memesannya, untuk malam ini, aku mau kamu." Kali ini saya akan membicarakan mengenai Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990. Sejak Maret 2015, saya sempat berniat membeli buku ini, saat itu saya masih tinggal di Depok. Namun niat itu gagal karena merasa belum menemukan 'klik' untuk memilikinya, belum ada  feel  gitu hehe. Baru akhirnya April 2016 saya mendadak merasa rindu dan penasaran menggebu untuk segera menyapa Dilan. Saya menyelesaikan buku ini kemarin malam, dalam sekali duduk, kurang lebih empat jam waktu yang saya butuhkan untuk menamatkan rangkaian kata-kata ajaib khas Pidi Baiq. Itupun sudah diselingi dengan imagi romantis dan geli yang saya biarkan berkelana mengikuti perjalanan Dilan dan Milea. Dilan dan Milea, itu nama kedua tokoh utama yang ada dalam

Curahan Rindu Untuk Jatinangor

Jatinangor, jam segini kalau lagi kesepian. Biasanya saya bisa pergi ke balkon. Dari situ kelihatan gunung di kejauhan dan jalan raya Jatinangor yang selalu ramai. Pemandangan dari balkon kamar. Teduh, dingin, dan menenangkan Source: Koleksi Pribadi Jatinangor itu dingin. Selalu ada angin sejuk berhembus di sore atau malam hari. Dan ini menyenangkan, sekaligus menenangkan. Saya terbiasa mengenakan outer knit atau hoodie merah kesayangan tiap kali keluar ke balkon. Di balkon saya hanya berdiri, berpangku tangan di pegangan balkon dan memperhatikan gunung itu, yang berada di kejauhan. Sering saya juga sambil memasang earphone dan mendengarkan musik, entah itu musik yang menenangkan atau justru musik dengan tempo cepat. Pernah juga saya mencoba menikmati balkon sambil membaca novel, saya memang menyukai novel, tapi ini tidak terlalu sering. Karena balkon lebih enak digunakan untuk berpikir seraya menikmati musik, angin dingin khas Jatinangor, dan landscape di hadapan saya, yait

Wisata Alam Ciwidey Bandung

Perkebunan Teh Rancabali di Ciwidey Kalau sudah ada di Bandung, sayang rasanya jika tidak menjelajahi tempat-tempat wisata alam Bandung. Di Kota Bandung ada banyak sekali tempat-tempat wisata yang bisa dikunjungi, baik wisata alam ataupun wisata kota. Untuk wisata alam sendiri di Kota Bandung tersebar di dua wilayah pusat, yaitu tempat-tempat wisata di daerah Lembang, serta tempat-tempat wisata di daerah Ciwidey. Sedangkan untuk wisata kota tentunya berpusat di Kota Bandung seperti daerah Dago, Braga, dan sekitarnya. Untuk wisata kota sendiri terdiri dari wisata kafe, wisata belanja, serta beberapa wisata kesenian dan budaya. Dalam blog kali ini saya akan secara khusus membahas beberapa tempat wisata di daerah Ciwidey serta transportasi umum yang bisa digunakan jika anda menuju kesana. Ciwidey sedikit kalah tenar jika dibandingkan dengan Lembang. Banyak orang diluar Bandung lebih familiar jalan-jalan ke Lembang dibandingkan ke Ciwidey. Karena memang Lembang lebih mudah diakses