Skip to main content

What We Rarely Talk About Love


Disclaimer: Cerita ini hanya fiktif belaka. Semua tokoh dan setting yang ada dalam cerita ini tidak ada di dunia nyata 😃 

Memang segala sesuatu itu ada baiknya dikomunikasikan sejak awal.

Malam ini saya sedang mendengarkan lagu di Joox. Mendadak otak saya memutar beberapa baris lirik dari lagu jadul di masa lalu. Saya jadi rindu untuk kembali mendengarkannya dan segera mencarinya di playlist Joox. Sambil mendengarkan lagu-lagu tersebut saya jadi merenungi pengalaman-pengalaman yang dulu terjalin seiring saat pertama kalinya saya mendengarkan lagu-lagu tersebut.
Sebenarnya ini bukan jenis lagu favorit saya. Saya hanya kebetulan tahu karena seseorang pernah mengirimkannya dulu.
Renungan yang dibawa oleh lagu-lagu ini cukup menarik. Membawa saya kembali pada serangkaian cerita di masa SMA saya dulu. Masa anak-anak, saat saya masih sangat bandel dan bocah.

Dahulu saat kelas 2 SMA, saya satu kelas dengan seorang anak laki-laki yang terkenal paling bandel di sekolah. Sebut saja namanya Adam.
Adam ini sangat sangat sering bolos. Hampir semua anak di sekolah dan semua guru sepertinya pasti kenal dengan Adam, dengan segala kenakalan dan perangainya. Anaknya tampan, secara fisik cukup menarik. Pembawaannya santai dan lucu, secara ekonomi pun tergolong mapan. Adam punya banyak teman dari berbagai golongan di sekolah, karena meskipun termasuk anak paling bandel di sekolah, Adam anaknya ramah dan gaul, wajar jika banyak teman.

Jujur saja sebenarnya saya tidak terlalu menyadari keberadaan Adam meskipun saat itu kami sudah sekelas hampir satu semester. Saya hanya pernah tahu bahwa di kelas saya ada anak bernama Adam. Namun setelahnya saya sama sekali tidak pernah tahu lagi tentang dia. Saya bahkan hampir melupakannya secara total. Karena memang wujudnya sangat jarang ada di sekolah. Sangat, sangat jarang seingat saya.
Lagipula saya dan Adam berasal dari dua golongan berbeda di sekolah. Saya, satu-satunya yang mengenakan jilbab di kelas; berasal dari kelas IPA unggulan namun memutuskan untuk pindah ke IPS karena berpikir jurusan kuliah saya nanti tidak membutuhkan mata pelajaran IPA, sehingga saya tidak mau susah-susah menghadapi Kimia dan Fisika hanya demi gelar anak IPA; selalu masuk ranking 2 besar yaitu ranking 1 saat sedang rajin, dan ranking 2 saat sedang enggan belajar; satu-satunya anggota OSIS inti dari kelas IPS; tipikal murid yang selalu duduk di bangku paling depan selama 3 tahun sekolah; selalu mengenakan seragam rapih dimasukkan ke dalam rok, memakai dasi; dan hampir tidak pernah bolos dari sekolah (kalaupun saya bolos pasti dibawah pengetahuan ibu saya hahaha). Singkatnya saya lebih cenderung sebagai nerd di sekolah. Sedangkan Adam, saya tidak tahu persis seburuk apa prestasi Adam di sekolah (atau justru mungkin dia cerdas, ya sepertinya Adam sebenarnya cerdas, dia hanya berada di fase khas kenakalan remaja); dalam tiga tahun sekolah Adam lebih sering bolos daripada berada di kelas; memakai seragam seenaknya; dan perilaku Adam di sekolah adalah merokok, ke kantin, kadang minum-minum; Adam tidak segan melawan guru di sekolah; Adam selalu duduk di bangku paling belakang di kelas manapun ia berada. Singkatnya Adam semacam salah satu ketua geng nakal di sekolah.
Kami berdua benar-benar berada di kutub yang berbeda, tidak ada alasan bagi kami untuk saling mengenal dan berinteraksi di sekolah.


Sampai pada suatu siang menjelang sore di sekolah. Saat itu saya baru selesai rapat OSIS bersama beberapa anggota inti lainnya. Sekolah sudah sepi dan saya berjalan sendiri menuju gerbang sekolah meninggalkan teman-teman OSIS lain yang masih berada di ruang rapat. Saya harus buru-buru pulang karena ada les sore itu. Saya ingat, saat sedang berjalan terburu-buru tiba-tiba seseorang memanggil nama saya. Saat itu saya berada di koridor kelas tiga, saya berbalik dan melihat seorang anak laki-laki berlari kecil menghampiri. Saya tidak mengenalinya, saya tidak tahu dia siapa.

"Baru mau pulang Na?"
"Ehm.. Iya. Kenapa?." Jujur saya tidak berani menanyakan dia siapa, karena dia tahu nama saya dan rasanya tidak enak kalau dia kemudian tahu bahwa saya tidak mengenalnya.
"Sore banget. Dari tadi Adam nungguin ternyata lama ya kalau kalian rapat."
"Haha kadang aja lamanya. Ada apa nungguin?." Well kalian dengar sebenarnya dia sudah menyebutkan namanya tapi saya saat itu tidak ngeh dan masih menerka-nerka saya kenal dia dimana.
"Itu Na.. Minta nomor Anna dong. Mau nanyain tugas yang tadi."
"Oh.. Oke.." Kemudian saya menyebutkan nomor handphone saya dengan perlahan menyadari bahwa dia adalah Adam, teman sekelas saya, yang hampir tidak pernah saya lihat di kelas itu.

Setelah memberikan nomor, kami berbasa-basi sebentar dan saya tidak ingat apa isi basa-basi itu. Namun saya segera pamit pulang karena memang harus segera pulang dan tidak ada alasan untuk lebih lama berbasa-basi dengan Adam.

Hari itulah pertama kalinya saya mulai menyadari keberadaan Adam dalam semesta kecil saya. Saya lupa apakah satu hari atau beberapa hari setelah itu, Adam kemudian menghubungi saya. Perlahan kami menjalani komunikasi yang awalnya hanya seputar basa-basi, namun kemudian menjadi semakin akrab dan terasa wajar. Adam tidak pernah menanyakan tugas yang menjadi alasan pertama ia meminta nomor saya. Lagi pula di hari dia meminta nomor itu tidak ada tugas sama sekali. Itu hanya alasannya untuk bisa memulai komunikasi.

Saya pribadi menanggapi proses ini begitu saja, saat seorang seperti Adam yang secara tiba-tiba menjalin komunikasi dengan seorang seperti saya. Saya tidak merasa spesial atau terpesona atau terjerat dengan proses ini. Apa ya, hmmm. Ya biasa saja.
Di satu sisi saya menanggapi komunikasi dengan Adam sama seperti saya berkomunikasi dengan teman-teman saya yang lain. Namun di sisi lain, ada suudzon yang saya rasakan mengingat siapa Adam.

Dan benar saja, tidak lama kemudian Adam memulai pendekatan romantisnya dan meminta saya untuk menjadi pacarnya. Dengan hati kosong saya menerimanya. Bagaimana ya.. Saat itu saya melihat ini semua hanyalah rangkaian permainan kecil Adam. Saya hanya ingin meladeninya dan melihat sejauh mana Adam menyepelekan saya, yang mungkin dibandingkan dirinya dan kelompoknya adalah nerd dan sangat polos. Well saya tidak sepolos itu.


Pacaran jaman SMA di tahun 2008. Hmm.. Itu hanya berkisar kegiatan sering komunikasi via SMS dan telponan rutin tiap malam. Kadang jalan-jalan keluar berdua untuk nonton di bioskop atau makan bersama. Hanya itu. Dan untuk saya yang memang seorang nerd (saya bangga bahwa saya adalah nerd), pacaran di tahun 2008 lebih besar porsi untuk berkomunikasi via handphone daripada untuk jalan-jalan berdua.

Sejak pacaran, Adam sangat sering menelpon saya. Dia pun beberapa kali mengajak jalan-jalan berdua, namun lebih sering saya tolak. Selama kami pacaran Adam juga jadi lebih sering masuk sekolah, karena saya yang sulit ditemui untuk jalan-jalan diluar sekolah, sehingga Adam mengambil kesempatan untuk bertemu di jam sekolah. Adam juga sering mengantarkan saya pulang ke rumah selama kami pacaran. Bahkan di saat Adam bolos sekolah pun, ia akan tetap datang ke sekolah di jam pulang hanya untuk mengantarkan saya ke rumah. Kami pacaran selama beberapa bulan, dan sempat dua kali jalan-jalan untuk nonton dan makan.


Di masa singkat itu, saya banyak mengenal diri Adam yang tidak tampak sebelumnya. Adam menunjukkan kelemahan dirinya, menceritakan kesulitan-kesulitan yang ia alami, dan permasalahan besar yang terjadi di keluarganya. Sejujurnya saya tidak pernah menyangka bahwa Adam bisa menjadi sangat terbuka pada saya di masa singkat pacaran tersebut. Saya sangat yakin Adam hanya berusaha mempermainkan saya, atau mungkin ingin mencoba menaklukkan 'mainan' baru yang berbeda dari pacar-pacar Adam sebelumnya. Itu yang ada di pikiran saya. Sehingga saat secara tiba-tiba, dan beberapa kali, Adam menunjukkan sisi lain dirinya kepada saya, saya jadi agak terkejut. Karena dalam versi Adam yang hanya ingin main-main dengan saya, tidak ada skenario ia akan membuka diri kepada 'mainannya'.
Namun semua ini terjadi dengan begitu alami, begitu masuk akal. Ia bahkan pernah menemui saya secara mendadak, meminta agar saya bersedia menemaninya sebentar untuk sekedar berjalan-jalan di dekat sekolah. Disitu ia kemudian menangis dalam diam, tak ada cerita apapun.

Saya rasa ikatan itu yang kemudian merusak permainan kecil kami. Mungkin pada awalnya Adam memang hanya iseng kepada saya. Saya pun begitu. Sehingga saat suatu hari ada seorang anak gadis yang menghubungi saya dan mengaku sebagai pacar Adam, saya sama sekali tidak terkejut. Gadis itu memperkenalkan dirinya sebagai Shinta, ia sudah menjadi pacar Adam selama tiga tahun. Berasal dari sekolah yang berbeda dan rumahnya berdekatan dengan Adam. Shinta menghubungi saya dengan bersahabat. Ia bilang ini bukan pertama kalinya Adam menduakannya. Shinta hanya ingin memberi tahu saya agar saya tidak keterusan dibodohi oleh Adam. 
Saya menanggapi Shinta juga dengan keramahan. Dengan damai, santai, seperti saya meladeni Adam, tanpa beban - no hurt feeling. Alur seperti ini sudah saya tebak dari awal.

Saya pun sebenarnya punya pacar di sekolah lain. Kami berpacaran sejak SMP. Namun yang tahu hal ini hanya teman-teman dekat saya saja. Mengenai hubungan saya dan Adam berada dibawah pengetahuan pacar saya. Gila memang. Makanya saya katakan di awal bahwa ini merupakan kisah saat saya masih sangat bandel dan bocah. Tapi toh saya memang tidak pernah menganggap saya dan Adam adalah sesuatu yang serius. Saya menilai ini semua hanyalah rangkaian permainan Adam dan saya tidak menolak untuk ikut bermain di dalamnya.

Saya dan Adam masih baik-baik saja setelah itu. Mengenai kami yang saling menduakan, Adam tahu bahwa saya tahu, dan saya pun tahu bahwa Adam tahu. Kami hanya masih menikmatinya. Namun komunikasi kami semakin jarang setelah itu.
Hingga suatu hari Adam mulai mengirimkan lagu-lagu ini. Lagu-lagu yang menurutnya menyampaikan pikiran dan perasaan Adam mengenai saya dan mengenai hubungan yang kami jalani beberapa bulan terakhir. Lagu-lagu yang kemudian malam ini kembali saya dengarkan dan kembali membawa saya pada perenungan itu. Perenungan yang sudah mondar mandir di pikiran saya sejak pengalaman seperti ini saya temui, namun baru malam ini saya tergerak untuk menuliskannya.

Kami lalu putus. Adam menyampaikan bahwa dia tidak pernah menduakan saya. Dalam pengakuannya, Adam bilang ia memang sudah lama berpacaran dengan Shinta. Namun ia dan Shinta sudah putus saat kami sedang dekat sampai kami akhirnya berpacaran. Sampai akhirnya Adam tahu bahwa saya punya pacar di sekolah lain, disitulah Adam merasa dipermainkan dan ia kembali lagi dengan Shinta. Saya tidak tahu ini hanya bagian dari permainan atau tuturan jujur darinya. Saya hanya menikmati pelajaran manis ini.
Aku tidak pernah berniat main-main denganmu. Tapi kamu menilaiku mempermainkanmu. Lalu benar begitulah kemudian kisah ini berujung..

Seandainya kita kemudian bertemu di semesta lain, semesta yang tidak membiarkanmu menilaiku sebagai seorang brengsek.

Bahkan untuk kebaikan seorang kamu yang ku nilai seperti bidadari pun masih melihatku sebagai seseorang yang buruk.

Dari pengalaman ini saya belajar banyak. Entah mana yang benar apakah versi awal saya atau versi yang Adam coba sampaikan. Namun menarik rasanya untuk terjatuh dalam romansa versi baik Adam. Romansa tersebut membawa saya berpikir bahwa selalu ada cerita dibalik cerita. Bahwa seorang Adam yang sudah sebegitunya dinilai buruk oleh satu sekolah, sudah sebegitunya punya brand sebagai anak bandel dan manja, ternyata punya cerita tersendiri yang ia bungkus sedemikian rupa. Cerita mengenai diri Adam sebenarnya, Adam yang manis dalam keringkihannya; Adam yang lemah lembut kepada wanita; Adam yang bisa menangis dengan begitu halusnya; Adam kecil yang pernah diteriaki kasar oleh ayahnya di sebuah gang kecil dekat rumah; Adam yang berteriak lirih minta tolong, yang hanya butuh pelukan hangat dan dukungan tulus; bukan Adam yang kelam dan diragukan masa depannya, namun Adam yang cerdas dan punya masa depan cerah. 

Sudah lama saya tidak menjalin komunikasi lagi dengan Adam. Namun saya tahu sekarang ia sudah menjadi seorang Adam yang cerdas dan punya masa depan menjanjikan. Adam berhasil menyelesaikan kuliahnya di sebuah universitas negeri di kota kami dulu. Ia sudah putus dari Shinta tidak lama setelah putus dengan saya. Adam kemudian menjalin hubungan dengan Maria, seorang gadis dari sekolah kami juga dan memang teman satu geng nya sejak lama. Mereka menjalin hubungan yang manis dan bahagia hingga sekarang. Saya pun bersama dengan pasangan saya menjalin hubungan yang romantis dan dewasa, jauh dari kebandelan dan keisengan masa SMA haha. Pada akhirnya kita memang akan bersama dengan seseorang yang dapat menggenapkan apa yang ganjil dalam diri kita. Dan segala pengalaman di masa lalu memang menjadi bahan renungan menyenangkan dan menambah senyuman di hari-hari saat kita semakin dewasa.

Saya menyayangi Adam. Bukan dalam bentuk romantis atau cheesy yang murahan. Saya menyayangi Adam sebagai manusia. Saya menyayangi segala kepolosan dan benih-benih baik yang ada dalam dirinya. Rasa sayang memang bisa muncul dalam banyak bentuk dan cara. 
"I think.. if it is true that there are as many minds as there are heads, then there are as many kinds of love as there are hearts." - Leo Tolstoy, Anna Karenina.

Comments

Popular posts from this blog

Tahun Pertama Mahasiswa Magister Profesi Psikologi UNPAD (Semester I) - Bagian II

Hallo teman-teman. Sesuai janji, ini adalah posting lanjutan dari bagian pertama yang membahas mengenai jalur pendaftaran magister profesi UNPAD. Pada bagian kedua ini, saya akan membahas mengenai gambaran awal hal yang perlu kalian lakukan setelah lulus seleksi, dan cerita singkat mengenai pengalaman menjadi mahasiswa Magister Profesi (Mapro) Psikologi UNPAD di semester pertama. Semoga bermanfaat ya, selamat membaca. Oke, jadi setelah lulus dari seleksi pendaftaran ujian masuk Mapro Psikologi UNPAD, maka terdapat beberapa hal yang harus kalian lakukan. Diantaranya, pertama tentu saja adalah membayar uang pendaftaran berupa uang bangunan + uang matrikulasi + SPP awal. Jumlah pembayaran biasanya mengalami perubahan dalam beberapa tahun. Di tahun 2015, jumlah pembayaran adalah Rp. 3.500.000,- untuk uang bangunan, Rp. 6.000.000,- untuk uang matrikulasi, dan Rp. 12.500.000,- untuk SPP awal. Total yang harus dibayarkan pada pembayaran awal ini adalah Rp. 22.000.000,-. Namun untuk pemba

Jalur Pendaftaran Magister Profesi Psikologi UNPAD (Bagian I)

Setelah cukup lama tidak menulis blog, saya merasa tiba-tiba perlu untuk posting tentang hal ini di blog saya. Kali ini bukan tentang resensi buku atau mengenai tempat wisata, namun informasi mengenai jalur masuk pendidikan magister psikologi di UNPAD (Bagian I) dan pengalaman saya selama menjadi mahasiswa magister profesi psikologi di UNPAD dalam 1.5 tahun terakhir ini (Bagian II). Semoga informasi yang saya tulis di bawah ini akan bermanfaat untuk teman-teman dan adik-adik yang berminat melanjutkan pendidikan magister psikologi di Universitas Padjadjaran. Oke.. Dari mana cerita ini sebaiknya saya mulai. Mungkin dari proses pendaftarannya ya. Hmm.. Magister Psikologi Universitas Padjadjaran membuka pendaftaran satu tahun sekali untuk tiap angkatannya, baik itu untuk bagian Psikologi Profesi maupun untuk bagian Psikologi Sains. Pendaftaran ini umumnya dibuka pada awal tahun, untuk informasi lengkap mengenai jadwal pendaftaran bisa secara berkala di akses melalui situs htt

Dilan, dia adalah Dilanku Tahun 1991

Dilan Bagian Kedua Penulis: Pidi Baiq Penerbit: Pastel Books Tebal: 344 halaman [Spoiler Alert] Perasaan saya menjadi campur aduk sesaat setelah membaca novel Dilan 2. Sudah satu minggu lalu sebenarnya, sejak saya selesai membaca novel ini, menamatkan Dilan bagian kedua, dia adalah Dilanku tahun 1991.  Jika Dilan bagian pertama bisa menggambarkan jatuh hati yang begitu jelasnya, pada bagian kedua ini Dilan seperti bukan hanya mematahkan hati Milea, namun juga hati saya, namun juga hati para pembaca. Jika Dilan bagian pertama bisa menceritakan proses pendekatan yang begitu manis dan membuat banyak wanita iri pada Milea, pada bagian kedua ini Pidi Baiq berhasil menyajikan proses perpisahan hubungan remaja yang begitu alami, begitu mungkin dan banyak terjadi sehingga membuat patahan hati cinta pertama yang bertebaran dalam kumpulan catatan harian para remaja. Pidi Baiq berhasil mengisahkan bahwa Dilan merupakan remaja biasa, tidak berbeda dengan remaja lain pada umu

Terapi Bekam di Palembang

Belum lama ini saya mencoba terapi bekam. Apakah kalian tahu terapi bekam? Okay, berikut definisi singkat mengenai bekam yang saya dapat dari Wikipedia: Bekam  ( Arab : الحجامة;  al-hijamah ) adalah metode pengobatan dengan cara mengeluarkan  darah  statis (kental) yang mengandung  toksin  dari dalam tubuh  manusia . Berbekam dengan cara melakukan pemvakuman di  kulit  dan pengeluaran darah darinya. Pengertian ini mencakup dua mekanisme pokok dari bekam, yaitu proses pemvakuman kulit kemudian dilanjutkan dengan pengeluaran darah dari kulit yang telah divakum sebelumnya. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Bekam) Ini merupakan pengalaman pertama saya mencoba terapi bekam. Tujuannya ya hanya ingin mencoba. Sekalian melihat khasiatnya berhubung saya memang sedang butuh memaksimalkan kondisi tubuh saya yang beberapa minggu ini terasa kurang fit. Saya juga berpikir tidak ada ruginya mencoba, toh terapi bekam itu membersihkan darah kotor, dan merupakan salah satu terapi kesehatan yang di

Grafika Cikole Lembang Bandung

Hallo semuanya. Kali ini saya sedang ingin sharing tentang liburan singkat saya dan teman-teman beberapa minggu lalu. Ceritanya kami semua sebagai mahasiswa baru mendapat liburan singkat setelah beberapa bulan bertempur dengan segala macam ujian praktek, lisan, dan tertulis. Awalnya kami berencana untuk menghabiskan waktu liburan kami di Bali, namun karena satu dan lain hal rencana ini terpaksa ditunda dulu untuk menjadi agenda di lain waktu. Akhirnya kami memutuskan untuk tetap berlibur bersama tapi di daerah Bandung saja. Kebetulan saya sudah cukup lama ingin mencoba berkemah di dalam kota, karena sebelumnya sempat melihat postingan seorang teman yang menghabiskan waktunya dengan berkemah di Bandung dan sepertinya seru. Akhirnya ide ini saya sampaikan kepada teman-teman saya dan mereka setuju. Lalu dimulailah pengumpulan informasi terkait perkembahan di Bandung ini. Terdapat beberapa rekomendasi mengenai tempat kemah yang seru dan aman di Bandung. Tapi akhirnya pilihan kami j

Dilan, dia adalah Dilanku Tahun 1990

Pengarang: Pidi Baiq Penerbit: Pastel Books  Tebal: 348 halaman "Katakan sekarang. Kalau kue kau anggap apa dirimu? Roti cokelat? Roti keju? Martabak? Kroket? Bakwan? Ayolah! Aku ingin memesannya, untuk malam ini, aku mau kamu." Kali ini saya akan membicarakan mengenai Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990. Sejak Maret 2015, saya sempat berniat membeli buku ini, saat itu saya masih tinggal di Depok. Namun niat itu gagal karena merasa belum menemukan 'klik' untuk memilikinya, belum ada  feel  gitu hehe. Baru akhirnya April 2016 saya mendadak merasa rindu dan penasaran menggebu untuk segera menyapa Dilan. Saya menyelesaikan buku ini kemarin malam, dalam sekali duduk, kurang lebih empat jam waktu yang saya butuhkan untuk menamatkan rangkaian kata-kata ajaib khas Pidi Baiq. Itupun sudah diselingi dengan imagi romantis dan geli yang saya biarkan berkelana mengikuti perjalanan Dilan dan Milea. Dilan dan Milea, itu nama kedua tokoh utama yang ada dalam

Curahan Rindu Untuk Jatinangor

Jatinangor, jam segini kalau lagi kesepian. Biasanya saya bisa pergi ke balkon. Dari situ kelihatan gunung di kejauhan dan jalan raya Jatinangor yang selalu ramai. Pemandangan dari balkon kamar. Teduh, dingin, dan menenangkan Source: Koleksi Pribadi Jatinangor itu dingin. Selalu ada angin sejuk berhembus di sore atau malam hari. Dan ini menyenangkan, sekaligus menenangkan. Saya terbiasa mengenakan outer knit atau hoodie merah kesayangan tiap kali keluar ke balkon. Di balkon saya hanya berdiri, berpangku tangan di pegangan balkon dan memperhatikan gunung itu, yang berada di kejauhan. Sering saya juga sambil memasang earphone dan mendengarkan musik, entah itu musik yang menenangkan atau justru musik dengan tempo cepat. Pernah juga saya mencoba menikmati balkon sambil membaca novel, saya memang menyukai novel, tapi ini tidak terlalu sering. Karena balkon lebih enak digunakan untuk berpikir seraya menikmati musik, angin dingin khas Jatinangor, dan landscape di hadapan saya, yait

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Dago Pakar Bandung

Selamat sore semuanya. Di waktu senggang liburan ini saya ingin menceritakan salah satu perjalanan kecil saya yang lain. Kali ini adalah jalan-jalan kecil saya dan seorang teman ke Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda Dago Pakar Bandung. Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda ini merupakan kawasan konservasi yang terpadu antara alam sekunder dengan hutan tanaman yang terletak di Kota Bandung, Indonesia. Luasnya mencapai 590 hektare membentang dari kawasan Dago Pakar sampai Maribaya. Letak Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda berada di Kampung Pakar, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, pada ketinggian antara 770 mdpl sampai 1330 mdpl. Di atas tanahnya yang subur terdapat sekitar 2500 jenis tanaman yang terdiri dari 40 familia dan 112 species. Pada tahun 1965 luas taman hutan raya baru sekitar 10 ha saja, namun saat ini sudah mencapai 590 ha membentang dari kawasan Pakar sampai Maribaya (sumber wikipedia.com ). Perjalanan kami kesini diawali dengan rasa penasaran setelah membaca

Wisata Alam Ciwidey Bandung

Perkebunan Teh Rancabali di Ciwidey Kalau sudah ada di Bandung, sayang rasanya jika tidak menjelajahi tempat-tempat wisata alam Bandung. Di Kota Bandung ada banyak sekali tempat-tempat wisata yang bisa dikunjungi, baik wisata alam ataupun wisata kota. Untuk wisata alam sendiri di Kota Bandung tersebar di dua wilayah pusat, yaitu tempat-tempat wisata di daerah Lembang, serta tempat-tempat wisata di daerah Ciwidey. Sedangkan untuk wisata kota tentunya berpusat di Kota Bandung seperti daerah Dago, Braga, dan sekitarnya. Untuk wisata kota sendiri terdiri dari wisata kafe, wisata belanja, serta beberapa wisata kesenian dan budaya. Dalam blog kali ini saya akan secara khusus membahas beberapa tempat wisata di daerah Ciwidey serta transportasi umum yang bisa digunakan jika anda menuju kesana. Ciwidey sedikit kalah tenar jika dibandingkan dengan Lembang. Banyak orang diluar Bandung lebih familiar jalan-jalan ke Lembang dibandingkan ke Ciwidey. Karena memang Lembang lebih mudah diakses